Senin, 03 November 2014

KOMUNIKASI KELOMPOK

TEORI PIKIRAN KELOMPOK.
Teori pikiran kelompok menekankan efektifitas keputusan kelompok bagaimana membawa kepuasan kelompok, tetapi tidak memberikan hasil yang tidak efektif, pemikiran kelompok merupakan hasil langsung dari tingkat kekompokan atau kohesivitas.
pada suatu kelompok identifikasi bersama menjadikan suatu kelompok menjadi kompak, kohetivitas kelompok dapat terbentuk dari seberapa besar anggota memahami tujuan mereka dapat terpenuhi, pemikiran kelompok harus menjunjung tinggi pemikiran bersama dan di setujui oleh semua anggota agar dapat mencapai tujuan bersama.
enam kelemahan atau sifat negatif dari pemikiran kelompok:
- kelompok hanya mencari penyelesaian yang sudah jelas dan mudah, tidak ada upaya mencari gagasan lain.
- kelompok tidak kritis dalam meneliti implikasi dari keputusan
- gagasan minoritas cepat diabaikan 
- kelompok tidak berupaya mencari pendapat seseorang ahli
- kelompok cenderung berkonsentrasi kepada informasi yang mendukung rencana mereka saja
- kelompok terlalu percaya diri dan tidak melihat kemungkinan gagal.
seluruh hal tersebut merupakan tidak adanya pemikiran kritis dan rasa percaya diri yang berlebihan.

HUBUNGAN

TEORI PRIVASI KOMUNIKASI.
Hal yang menjadi perhatian utama teori ini adalah  pengelolaan ketegangan antara keinginan bersikap terbuka atau bersikap tertutup, antara menjadikan diri sebagai bagian dari publik atau bersifat pribadi,menurut petronio individu yang terlibat suatu hubungan dengan individu yang lain dapat saling bertukar antara perasaan dan pikiran akan tetapi ketika perasaan dan pikiran sangat menyangkut rahasia pribadi individu mereka tidak akan memberitahu informasi kepada orang lain.
keterbukaan informasi terhadap orang lain seharusnya dipertimbangkan sejauh mungkin apakah orang tersebut mampu menjaga dan bertanggung jawab terhadap informasi yang telah diberikan, keterbukaan informasi juga bisa diberikan individu kepada orang lain karena mereka di iming-imngi dengan biaya dan imbalan. ketertutupan akan pentingnya informasi agar tidak diketahui orang lain, agar kita dapat mempertimbangkan resiko, sebab, dan  akibat dari terbukanya suatu informasi.
Aturan mengelola perbatasan antara keterbukaan dan ketertutupan suatu informasi memiliki karakteristik sebagai berikut :
- aturan dibuat berdasarkan hasil negoisasi
- aturan dibuat dengan mepertimbangkan resiko-manfaat
- aturan dibuat  dengan mempertimbangkan kriteria lain.
aturan perbatasan adakalanya tidak jelas, dan adakalanya secara sengaja melanggar aturan mereka sendiri, gejolak semacam ini seringkali menjadi sumber konflik sehingga memerlukan tindakan yang lebih berhati-hati dalam keterbukaan informasi dan ketertutupan suatu informasi.